“Saat berdana punia, beramal saleh semoga aku tidak kikir, semoga Hyang Maha Baik membangkitkan semangatku untuk berbagi.”

Rg Veda 2.7.2

 Minggu, 12 Juni 2016, Komunitas Sadar Sehat mengadakan kunjungan sosial sekaligus promosi kesehatan terkait Kesehatan Reproduksi Remaja dan HIV/AIDS di Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala, Tabanan., Bali. Kami sempat tertegun sejenak, tidak menyangka, dan terharu ketika seluruh anak Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala secara serempak berseru dengan kompaknya setelah menerima menerima sumbangan buku-buku bacaan dan beberapa hadiah kecil lainnya

“Terima kasih kakak…  Ini bagus sekali… Lain kali lagi ya… Love you all… You are my everything”.

Seruan tersebut menunjukkan kepada kami bahwa kebahagiaan dapat datang dari hal-hal kecil dan sederhana. Jadi, jangan menunggu menjadi kaya untuk bisa saling berbagi karena bahagia itu sederhana.

Panti Asuhan Hindu di Bali

Panti Asuhan mungkin sudah banyak, namun panti asuhan khusus Hindu mungkin masih sulit dicari. Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala milik Yayasan Gayatri Widya Mandala yang terletak di Jalan Wibisana No 11 Kelurahan Delod Peken, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan adalah panti asuhan pertama yang berlabel Hindu di kota ini.

Untuk mencari lokasi Panti Asuhan itu tidaklah sulit, dari pusat Kota Tabanan hanya beberapa ratus meter dari Kantor Bupati Tabanan. Kita akan menemukan bangunan ber-cat hijau muda, tempat sekitar 40 anak asuh yang berasal dari berbagai pelosok pulau Bali hingga pulau Jawa dan Lombok, menjalani kehidupan mereka tanpa ayah, ibu, bahkan ada yang sama sekali tidak memiliki keluarga.

“Om Swastyastu Kak, Om Swastyastu” salam anak-anak yang meyambut kedatangan kami dengan berdiri di sepanjang pintu masuk, pengaturkan panganjali sambil tersenyum manis lalu mencium lembut tangan setiap tamu secara bergilir.

Sebelum kunjungan kali ini, kami sempat bertemu dengan ketua yayasan yang sudah dianggap layaknya ibu kandung bagi anak-anak asuh di panti ini, yakni Bunda Eriana Herlisanti. Beliau menceritakan sejarah dibangunnya panti asuhan ini. Sesungguhnya anak-anak sudah hidup bersamanya sejak 9 tahun lamanya, mereka tinggal bersama di rumah sederhana milik Bunda Eriana yang tidak jauh dari lokasi panti asuhan sekarang. Sudah lama beliau berharap bisa menampung dan membesarkan anak-anak yatim, yatim piatu dan kurang mampu dalam sebuah wadah panti asuhan dan memiliki gedung yang layak untuk tumbuh kembang anak-anak ini, namun niatan mulia tersebut baru terwujud sejak 1 Juni 2014 yang lalu ketika panti asuhan ini berbadan hukum.

“Ada seorang dermawan dari Jakarta yang pernah sakit dan dirawat oleh putri saya, kebetulan salah satu putri saya adalah seorang fisioterapis. Kami sebenarnya menanggap bahwa kebetulan saja dia sembuh setelah diterapi oleh anak saya, jadi bukan sembuh karena anak saya. Meski demikian dia sangat senang dan sebagai balasannya dia ingin mengabulkan apapun permintaan putri saya,” Bunda Riana bercerita dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

“Saya ingin membahagiakan orang tua saya, sudah lama mereka berniat membangun panti asuhan untuk anak-anak yatim yang sudah lama hidup bersama kami di Bali,”  lanjut wanita paruh baya yang hingga kini masih berprofesi sebagai seorang guru SMP.

Seperti kisah di dongeng-dongeng dermawan itu tidak panjang pikir untuk menolong. Keinginan mulia Bunda Riana dan Almarhum Suami yang sudah bertahun-tahun lamanya akhirnya terwujud berkat bantuan sang donatur yang dermawan. Sebuah gedung berlantai dua, lengkap dengan fasilitas seperti satu ruang kantor, satu ruang perpustakaan sekaligus workshop tempat mereka memamerkan hasil karya seni buatan tangan sendiri, satu ruang komputer, satu ruang kelas untuk les/kursus, satu studio untuk berlatih menari/musik, satu dapur, kamar mandi, kamar tidur dengan konsep dormitory (masing-masing satu untuk putra dan putri), padmasana, serta lapangan untuk olahraga, dibangun di atas tanah seluas 15 are milik keluarga Bunda Riana yang sebelumnya merupakan tanah tegalan yang tidak produktif.  Sungguh bahagia rasanya anak-anak kini mempunyai tempat tinggal dan belajar yang layak untuk menumbuh kembangkan minat bakat mereka.

Berbagai latihan pengembangan diri untuk anak-anak asuh difasilitasi oleh Panti Asuhan Gayatri, mulai dari berlatih seni tari, vokal, musik baik modern maupun tradisional seperti tabuh gẽndẻr dan rindik, kemudian komputer, bahasa inggris, memasak, membuat kue, tata rias, menjahit, serta pelatihan olahraga dan yoga. Akan tetapi yang paling esensial dalam panti asuhan ini yakni pembinaan mental serta spiritual anak asuh dengan prinsip Hindu.

Hal ini sangat penting karena anak-anak yang masuk ke panti asuhan tersebut memiliki latar belakang dan karakter yang beragam mulai dari karena kemiskinan, ditinggal meninggal oleh ayah atau ibunya, atau perpisahan kedua orang tua (broken home), semua dapat membuat mental dan psikologis anak terganggu. Syukurnya sejauh ini tidak pernah ada masalah yang serius, semua anak asuh berusaha mengikuti disiplin dan tata tertib yang diberlakukan di panti. Mereka sadar bahwa semua itu pada akhirnya demi kebaikan mereka sendiri. Tidak sedikit anak asuh yang berprestasi bukan hanya di kelas atau sekolah tapi juga hingga tingkat provinsi.

Seperti syair lagu Laskar Pelangi, “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia” anak-anak asuh disini diajarkan untuk jangan pernah berhenti bermimpi meskipun hidup dalam keterbatasan. Kisah mereka meyakinkan kami untuk melakukan kunjungan sosial sekaligus pelayanan di panti asuhan ini.

Gerakan Sadar Sehat di Panti Asuhan Gayatri

Sejak pertama kami datang ke panti ini, kami merasakan ketulusan anak asuh Panti Asuhan Gayatri Widya Mandala. Antusias mereka semakin terlihat saat mengikuti kegiatan promosi kesehatan yang kami selenggarakan. Bagaimana tidak, materi kali ini topiknya kesehatan reproduksi remaja dan HIV/AIDS dan dibawakan dengan gaya anak muda sehingga sangat berkesan bagi peserta yang notabene adalah remaja. Acara dimulai dengan perkenalan, lalu nonton bareng video edukatif yang lucu, menghibur, kreatif dan informatif. Disana dijelaskan tips menjaga kesehatan reproduksi, seperti misalnya: gunakan celana dalam yang bersih dan higienis sesuai ukuran tubuh, cuci bersih alat kelamin secara bersih dana aman, cukur rambut kemaluan secara berkala, hindari ancaman berbahaya seperti radiasi, konsumsi alkohol, rokok, dan narkoba yang dapat mengganggu kesehatan tubuh secara umum, jaga suhu pada bagian alat kelamin untuk menjaga kualitas / kinerja reproduksi, serta hindari hubungan seks pra nikah atau berisiko.

Promosi kesehatan ini juga menarik karena dikemas dengan metode diskusi kelompok Focus Group Discussion (FGD) dan games yang diikuti sekitar 40 remaja yang tinggal di panti. Dengan metode FGD ini, setiap peserta terlibat langsung dalam diskusi. Peserta dibagi menjadi dua kelompok diskusi berdasarkan jenis kelamin, yaitu kelompok laki-laki dan perempuan. Tiap kelompok diberi waktu 10 menit untuk mendiskusikan perubahan (fisik dan psikis) apa saja yang mereka amati dari lawan jenis mereka ketika beranjak remaja. Kelompok laki-laki membahas perubahan yang terjadi pada perempuan, dan begitu pula sebaliknya. Mereka diminta mendeskripsikannya dalam bentuk gambar karikatur dalam sebuah poster yang kreatif dan siap dipresentasikan. Kami sempat terpaku dan tersenyum ketika salah seorang peserta yang masih berusia 8 tahun dari kelompok perempuan ‘menyeletuk’ kaget dengan presentasi kakaknya,

“Hah? Pinggul membesar? Keluar darah?”

Tampaknya semua peserta benar-benar memperhatian materi tersebut. Sesi tanya jawab pun berlangsung hidup terlebih komunitas kami juga menghadirkan nasumber seorang dokter, selain fasilitatornya memang orang kesehatan. Acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan sumbangan berupa buku, sembako, uang tunai, serta hadiah hiburan untuk 9 peserta teraktif dalam diskusi.

“Tidak banyak memang yang bisa kami sumbangkan, namun kami berharap buku-buku ini bisa jadi inspirasi dan motivasi agar adik-adik bisa terus punya mimpi, dan semangat mewujudkannya. Mungkin kami bisa datang sekali tapi buku-buku ini bisa dibaca berkali-kali dari generasi ke generasi,” ungkap dr.Kefani koordinator Komunitas Sadar Sehat usai kegiatan.  Acara kemudian ditutup dengan persembahan beberapa lagu dari anak-anak panti, diiringi musik akustik yang dipadukan dengan gamelan rindik. Sungguh berkesan. Kami pun berharap mendapat kesempatan untuk berkunjung kesini lagi.

Komunitas Sadar Sehat, berdiri sejak 17 Agustus 2015, merupakan kumpulan anak muda yang memiliki kepedulian dan secara sukarela melakukan pelayanan kemanusiaan, mencoba meringankan beban pemerintah terutama di bidang kesehatan, pendidikan, dan lingkungan hidup. Dukung kami, www.sadarsehat.org/berbagi/

* Anggota Komunitas Sadar Sehat, mahasiswi semester akhir Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana